
Sumba – Latar Belakang Sejarah
Pulau kecil di ujung timur Nusa Tenggara yang menyimpan kekayaan budaya dan alam memukau.
Rumah Budaya Sumba lahir dari semangat untuk menjaga dan memperkenalkan kekayaan budaya Sumba kepada dunia. Didirikan dengan nilai gotong royong masyarakat lokal, tempat ini menjadi simbol pelestarian tradisi sekaligus ruang belajar bagi generasi muda. Rumah Budaya Sumba adalah museum khusus yang digunakan untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Sumba. Fungsi Rumah Budaya Sumba adalah sebagai museum sekaligus tempat wisata, penelitian, dan pertemuan, serta pusat pembelajaran kebudayaan Sumba. Rumah Budaya Sumba mengoleksi berbagai macam peninggalan kelompok etnik daerah Sumba yang berasal dari masa prasejarah hingga masa kini. Koleksi-koleksi ini merupakan sumbangan koleksi pribadi Pater Robert Ramone dan sumbangan dari setiap rumah adat Sumba.

Pesona Laut Sumba
Keindahan yang Menyatu dengan Budaya
Hamparan laut biru jernih dan pantai yang tenang menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman di Rumah Budaya Sumba. Di sini, pengunjung tidak hanya merasakan kehangatan budaya dan tradisi, tetapi juga disuguhkan panorama alam yang memukau sepanjang hari. Ombak yang berirama lembut berpadu dengan hembusan angin tropis, menciptakan suasana yang damai dan menyegarkan jiwa. Dari pagi hingga senja, lautan ini menawarkan pesona yang berbeda. Di pagi hari, sinar matahari yang hangat menyinari permukaan laut seperti permadani kristal biru. Menjelang sore, langit mulai bergradasi keemasan, menghadirkan panorama matahari terbenam di ufuk barat yang seolah melukis cakrawala. Momen ini menjadikan setiap kunjungan begitu istimewa, menghadirkan ketenangan, keindahan yang abadi, dan kenangan yang akan selalu melekat di hati. Keindahan laut ini adalah bukti bahwa Sumba bukan hanya rumah bagi kekayaan budaya yang luhur, tetapi juga surga alam yang mampu menyatukan hati setiap pengunjung.
Rumah Adat & Arsitektur
Jejak Warisan Leluhur dalam Setiap Tiang dan Atap
Rumah adat Sumba, yang dikenal dengan nama Uma Bokulu atau rumah menara, merupakan simbol kuat dari identitas dan kearifan lokal masyarakat Sumba. Arsitekturnya khas dengan atap menjulang tinggi berbentuk menara, melambangkan hubungan antara manusia dengan leluhur dan Sang Pencipta. Setiap bagian rumah memiliki makna mendalam: bagian bawah sebagai tempat hewan ternak, bagian tengah sebagai ruang kehidupan sehari-hari, dan bagian atas sebagai ruang sakral untuk penyimpanan benda pusaka. Keunikan arsitektur ini tidak hanya terletak pada bentuknya, tetapi juga pada proses pembangunannya yang melibatkan gotong royong, doa, serta ritual adat. Material yang digunakan pun sepenuhnya alami—seperti kayu, bambu, dan alang-alang—mencerminkan keharmonisan masyarakat Sumba dengan alam. Rumah adat ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga pusat kehidupan sosial, budaya, dan spiritual yang diwariskan lintas generasi.


Filosofi & Kepercayaan Marapu
Warisan Leluhur yang Menjaga Harmoni Alam dan Manusia
Kepercayaan Marapu merupakan jiwa dari budaya Sumba yang telah diwariskan turun-temurun oleh para leluhur. Marapu bukan sekadar sistem kepercayaan, melainkan sebuah filosofi hidup yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Dalam pandangan Marapu, setiap unsur kehidupan—baik pohon, batu, laut, maupun tanah—memiliki roh yang harus dihormati. Ritual-ritual sakral yang dijalankan masyarakat, seperti persembahan dan upacara adat, menjadi sarana menjaga keharmonisan dengan leluhur dan alam sekitar. Nilai gotong royong, rasa hormat kepada alam, serta penghargaan terhadap kehidupan diwariskan melalui kepercayaan ini. Bagi masyarakat Sumba, Marapu adalah identitas, spiritualitas, sekaligus jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.